ANALISIS SENSITIVITAS DAN ANALISIS TITIK SIMPUL

on 20120505
ANALISIS SENSITIVITAS

Analisis Sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan setelah kondisi optimal pada suatu tabel simpleks tercapai.

TUJUAN
Mengurangi / menghindari perhitungan ulang jika terjadi perubahan-perubahan koefisien model LP saat kondisi optimal telah tercapai.

KAIDAH DALAM ANALISIS SENSIVITAS
Ada 3 kaidah penting yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan Analisis Sensitivitas yaitu :

KAIDAH I
Pada setiap interasi simpleks, matriks starting solution dapat dipakai untuk menghitung nilai Slack Variabel dibaris tujuan dengan mengalikan nilai BV dari interasi yang bersangkutan pada fungsi tujuan dengan matriks starting solution di tabel optimal. Matriks starting solution adalah matriks dari variabel dasar (BV) dan Slack variabel tanpa baris fungsi tujuan (baris 0).

KAIDAH II
Nilai kanan pada tiap interasi dapat dihitung dengan mengalikan matriks starting solution pada interasi bersangkutan dengan vektor kolom nilai kanan (RHS) pada tabel awal.

KAIDAH III
Pada setiap interasi, nilai-nilai yang terletak dibawah setiap variabel keputusan pada tabel simpleks merupakan hasil kali matriks starting solution pada interasi bersangkutan dengan vektor kolom tiap variabel pada tabel awal.

CONTOH
Fungsi Tujuan : Maksimumkan Laba
   Z = 15X1 + 10X2 (dalam Rp 10.000)
Fungsi Pembatas :
   Bahan A =  X1 + X2 ≤ 600
   Bahan B = 2X1 + X2 ≤ 1000
                     X1, X2 ≥ 0

Solusi Awal :

Var Dasar
X1
X2
S1
S2
NK
Indek
Z
-15
-10
0
0
0
-
S1
1
1
1
0
600
600
S2
2
1
0
1
1000
50

Solusi Optimum : 

Var Dasar
X1
X2
S1
S2
NK
Indek
Z
1
0
5
5
8000
-
X2
0
1
2
1
200
-
X1
1
0
-1
1
400
-


Matriks Invers :




Matriks Invers ini dalam analisis sensitivitas disebut : Matriks Starting Solution. Matriks ini menjadi pedoman dalam melakukan perubahan-perubahan parameter dalam analisis sensitivitas.

Perubahan Koefisien f-tujuan (Cj)
Solusi Optimum :


G = 600(5) + 1000(5) = 8000.

Perubahan (C2 C1) dari (10 15) menjadi (12 15) maka:

G = 600(9) + 1000(3) = 5400 + 3000 = 8400.


ANALISIS TITIK IMPAS 

Analisis titik impas (break even point) diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya baik bersifat tetap maupun variabel. Analisis titik impas hanya diperlukan bagi perusahaan-perusahaan yang dalam menyelenggarakan operasinya harus menanggung beban tetap yaitu berupa biaya tetap di samping adanya biaya variabel yang harus ditutup dari hasil penjualan.

Analisis titik impas ini dapat dijadikan sebagai pengganti untuk meramalkan suatu faktor yang tidak diketahui dalam membuat keputusan proyek. Analisis ini juga dapat membantu menentukan aliran kas, tingkat permintaan yang dibutuhkan, serta kombinasi harga dan permintaan mana yang memungkinkan untuk memperoleh keuntungan yang besar.  Jadi, dapat disimpulkan bahwa analisis titik impas adalah suatu cara untuk mengetahui atau uuntuk merencanakan pada volume produksi atau volume penjualan berapakah perusahaan yang bersangkutan memperoleh keuntungan atau menderita kerugian.

KLASIFIKASI BIAYA
Dalam membuat analisis titik impas, biaya-biaya yang telah terjadi (biaya produksi, biaya penjualan, biaya administras, dll) selama periode tertentu harus diklasifikasikan ke dalam kelompok biaya tetap dan kelompok biaya variabel.

Biaya tetap (Fixed Cost atau Fixed Expense) adalah jenis biaya yang selama kisaran waktu operasional selalu tetap jumlahnya walaupun volume produksi berubah.
Misalnya, biaya penyusutan atau depresiasi, biaya gaji, biaya asuransi, biaya bunga, biaya pemeliharaan.

Biaya variabel (Variable Cost atau Variable Expense) adalah jenis biaya yang besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya volume produksi.
Misalnya,biaya pemakaian bahan dasar, biaya tenaga kerja, biaya penerangan, dll.
Dalam analisis titik impas disyaratkan bahwa perubahan biaya variabel ini sebanding dengan perubahan volume produksi sehingga biaya variabel per unit barang yang diproduksi bersifat tetap.

Biaya total (Total Cost) adalah jumlah biaya tetap ditambah dengan biaya variabel pada masing-masing tingkat atau volume produksi.



FC = biaya tetap (fixed cost)
VC = biaya variabel (variable cost)
TC = biaya total (total cost)
Daerah yang diarsir merupakan besarnya biaya tetap (fixed cost).

METODE MENGHITUNG TITIK IMPAS
Data atau informasi yang diperlukan dalam menghitung titik impas adalah:
a. Hasil keseluruhan penjualan atau harga jual per unit.
b. Biaya variabel keseluruhan atau biaya variabel per unit.
c. Jumlah biaya tetap keseluruhan.

Terdapat 4 metode dalam menghitung titik impas, yaitu:
1. BEP = (FC/1) - (VC/S)
Dimana,
BEP = penjualan pada titik impas dalam rupiah
FC = biaya tetap keseluruhan
VC = biaya variabel keseluruhan
S = hasil penjualan keseluruhan (sales)
1 = konstanta

2. BEP = FC/MIR
Dimana,
MIR = rasio pendapatan marginal dengan hasil penjualan (marginal incomerasio)
MIR = 1-VCR disebut juga profit-volume ratio (P/V)

3. BEP = FC + VC pada BEP + nol
Dimana,
VC pada BEP = persentase biaya variabel dari hasil penjualan pada titik impas

4. BEP = FCP / (P-V)
Dimana,
BEP = penjualan pada titik impas dalam unit
P = harga jual per unit
V = biaya variabel per unit

CONTOH
Perusahaan Bukit Makmur beroperasi dengan biaya tetap keseluruhan Rp 120.000.000. Biaya variabelnya diketahui sebesar 60% dari penjualan. Hasil keseluruhan penjualan pada kapasitas penuh adalah Rp 500.000.000. Perusahaan hanya memproduksi 1 jenis barang dan harga jualnya adalah Rp 500,- per unit. Karena variabel cost ratio diketahui 60% ini berarti bahwa biaya variabel per satuan adalah 60% * Rp 500 = Rp 300. Dari data tersebut kemudian diringkas sebagai berikut.

FC = Rp 120.000.000
S = Rp 500.000.000
P = Rp 500
V = Rp 300
VCR = 60%
MIR = 1-VCR = 1-60% = 40% (P/V)

Sehingga titik impasnya (BEP) adalah:
BEP = FC / (P-V)
      = Rp 120.000.000 / (Rp 500 - Rp 300)
      = Rp 120.000.000 / Rp 200
      = 600.000 unit
      = Rp 300.000.000

Dari hasil perhitungan di atas dapatlah diketahui bahwa titik impas tercapai pada tingkat penjualan sebesar Rp 300.000.000 atau dalam tingkat produksi sebanyak 600.000 unit. Pada tingkat penjualan Rp 300.000.000 (600.000 unit) tersebut, perusahaan tidak akan memperoleh laba maupun menderita kerugian.


SUMBER: