Tugas 3. DEPLESI

on 20131125
Deplesi merupakan istilah lain dari penyusutan atau amortisasi. Deplesi digunakan khusus untuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan, dan sebagainya.

Deplesi dihitung dengan tarif deplesi yang diperoleh dari beban yang dikeluarkan untuk mendapatkan hak penambangan dibagi estimasi hasil yang akan diperoleh.

Pencatatan deplesi adalah dengan mendebit biaya deplesi dan mengkredit akumulasi deplesi. Deplesi tidak persis sama dengan depresiasi, walaupun keduanya merupakan alokasi harga perolehan. Ada perbedaan antara pengertian deplesi dengan pengertian depresiasi. Deplesi merupakan perwujudan berkurangnya kuantitas kandungan sumber alam. Biaya deplesi membentuk harga pokok jadi dan yang jelas istilah deplesi digunakan untuk alokasi harga perolehan aktiva sumber alam.

Ilustrasi 1 :
PT Andalan Tambang memperoleh hak penambangan sebesar Rp 500.000.000.000,- Estimasi hasil yang terkandung di dalamnya sebesar 1.000.000 ton bahan tambang. Tahun pertama berhasil ditambang sebesar 26.500 ton, maka Jurnal Deplesi yang dilakukan akhir tahun pertama adalah :

D = Beban Deplesi = Rp 13.250.000.000,-
K = Akumulasi Deplesi = Rp 13.250.000.000,-

Keterangan :
Besarnya deplesi tergantung pada jumlah ton yang berhasil ditambang.

Ilustrasi 2 : 
Pada tanggal 5 Januari 20A PT Perkasa membeli tanah yang mengandung bijih besi seharga Rp 100 milyar. Estimasi nilai sisa tanah seharga Rp 20 milyar. Hasil survey geologi pada saat pembelian terdapat 2 juta bijih besi yang dapat diambil. Pada tahun 20A dikeluarkan biaya untuk pembuatan jalan dan proses pengeluaran bijih besi sejumlah Rp 750 juta. Pada tahun 20A, 50.000 ton telah ditambang. Survey baru dilakukan pada akhir tahun 20B dan diperkirakan ada 3 juta ton bijih besi yang terkandung di dalam tambang. Pada tahun 20B, 125.000 ton bijih besi berhasil ditambang. Hitunglah beban deplesi tahun 20A dan 20B !

Beban deplesi tahun 20A :
Harga sumber daya - nilai sisa = Rp 80.000.000.000,-
Perbaikan lahan jalan = Rp 750.000.000,-
Jumlah = Rp 80.750.000.000,-

Estimasi bijih besi = 2.000.000 ton
Biaya deplesi per ton = Rp 40.375,-

Beban deplesi tahun 20A = 50.000 ton x Rp 40.375 = Rp 2.018.750.000

Beban deplesi tahun 20B:
Harga sumber daya (neto) = Rp 80.750.000.000,-
Beban deplesi tahun 20A = Rp 2.018.750.000,-
Sisa pada awal tahun 20A = Rp 78.731.250.000,-
Sisa bijih besi setelah survey (ton) = 3.125.000 ton
( 3.000.000 + 125.000)
Biaya deplesi per ton = Rp 25.194,-

Biaya deplesi tahun 20B = 125.000 x Rp 25.194 = Rp 3.149.250.000,-

SUMBER:

Tugas 3. DEPRESIASI

on 20131124
A. PENGERTIAN DEPRESIASI

Depresiasi atau penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.

Depresiasi secara umum dapat digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu :
  1. Depresiasi yang disebabkan antara lain mesin-mesin atau peralatan yang digunakan semakin tua sehingga kemampuannya berkurang (physical degradation).
  2. Depresiasi yang disebabkan antara lain karena semakin majunya perkembangan teknologi, sehingga diperlukan mesin-mesin atau peralatan-peralatan baru yang lebih efisien dan ekonomis daripada yang dipakai sekarang atau karena adanya perubahan demand di masyarakat baik dari segi kualitas maupun kuantitas sehingga diperlukan tambahan mesin-mesin dan peralatan-peralatan baru (functional depreciation).

B. KRITERIA BARANG TERKENA DEPRESIASI

Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut :
  1. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan.
  2. Harus mempunyai umur manfaat tertentu dan umurnya harus lebih lama dari satu tahun.
  3. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/kehancuran, usang atau mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya.
  4. Bukan inventaris, properti investasi, persediaan atau stok penjualan.

Properti yang dapat didepresikan dikelompokkan menjadi :
  1. Nyata (tangible) : dapat dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti personal seperti mesin-mesin, kendaraan, peralatan, furnitur dan item-item yang sejenis, serta properti riil seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau tumbuh atau berdiri di atas tanah tersebut.
  2. Tidak nyata (intangible). Properti personal seperti hak cipta, paten atau franchise.

C. METODE PERHITUNGAN DEPRESIASI 

  1. Metode Garis Lurus (Straight Line Depreciation)
    Dalam metode garis lurus maka nilai terdepresi / nilai yang didepresiasikan dari sebuah aktiva dibagi rata sepanjang taksiran umur manfaat aktifa tersebut.



    Contoh :
    PT Jaya Abadi membeli mesin dengan harga perolehan sebesar Rp 35.000.000,- Diperkirakan mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 3.000.000,- Maka penyusutan pertahunnya adalah:

    Depresiasi = ( Rp 35.000.000 - Rp 3.000.000 ) / 5 = Rp 6.400.000,-


  2. Sum of Years Depreciation
    Jumlah depresiasi dihitung berdasarkan pada serangkaian angka pecahan yang denominator atau penyebutnya diambil dari jumlah rentetan angka tahun tersebut. Angka tahun yang terbesar digunakan sebagai numerator atau pembilang dari angka pecahan untuk depresiasi tahun pertama.

    Contoh :
    Sebuah truk dibeli oleh PT Turbo pada tanggal 1 Januari 19x1. Harga beli Rp 12.000.000, biaya perbaikan Rp 1.000.000, taksiran nilai residu Rp 1.000.000, taksiran masa manfaat 5 tahun. Tentukan depresiasi !



  3. Unit Produksi Depresiasi
    Dalam metode ini nilai depresiasi tergantung kepada banyaknya produksi yang sudah dihasilkan oleh aktiva tersebut (biasanya berupa mesin produksi). Semakin banyak produksi yang dihasilkan oleh mesin tersebut maka akan semakin banyak pula depresiasinya.




    Contoh :

    Sebuah truk dibeli oleh PT Turbo pada tanggal 1 Januari 19x1, harga beli Rp 12.000.000, biaya perbaikan Rp 1.000.000, taksiran nilai residu Rp 1.000.000, taksiran masa manfaat 100.000 Km. Tentukan depresiasi missal tahun 19x1 truk dipakai 15.000 Km, 19x2 30.000 Km, 19x3 20.000 Km, 19x4 25.000 dan 19x5 10.000 Km.





SUMBER:

Tugas 2. ANALISIS EKUIVALENSI CASH FLOW

on 20131117
A. PRESENT WORTH ANALYSIS

Nilai sekarang (Present Worth) adalah nilai ekivalen pada saat sekarang . Metode PW ini sering kali dipakai terlebih dahulu daripada metode lain karena biasanya relatif lebih mudah menilai proyek pada saat sekarang.

Analisis nilai sekarang didasarkan pada konsep ekivalensi dimana semua arus kas masuk dan arus kas keluar diperhitungkan terhadap titik waktu sekarang pada suatu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan (minimum attractive rate of return - MARR).

Usia pakai berbagai alternatif yang akan dibandingkan dan periode analisis yang akan digunakan bisa berada dalam situasi :
1. Usia pakai sama dengan periode analisis
2. Usia pakai berbeda dengan periode analisis
3. Periode analisis tak terhingga

Analisis dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung Net Present Value (NPV) dari masing-masing alternatif. NPV diperoleh menggunakan persamaan :

NPV = PW pendapatan - PW pengeluaran

Contoh :

Perusahaan mempertimbangkan penambhan suatu alat pada mesin produksi guna mengurangi biaya pengeluaran, yakni penambahan alat A dan alah B. Kedua alat tersebut masing-masing $1.000 dan mempunyai umur efektif 5 tahun dengan tanpa nilai sisa. Pengurangan biaya dengan penambah alat A adalah $300 per tahun. Pengurangan biaya dengan penambahan alat B adalah $400 pada tahun pertama dan menurun $50 setiap tahunnya. Dengan i = 7% alat mana yang dipilih?

Harga masing-masing alat A dan B sama, sehingga tidak menjadi pertimbangan. Cashflow masing-masing alat :














Alat B menghasilkan benefit yang lebih besar sehingga untuk selama 5 tahun menjadi alternatif yang menguntungkan, bahkan di tahun pertama dan kedua menghasilkan return yang lebih besar dari alat A.

B. FUTURE WORTH ANALYSIS

Future Worth adalah nilai sejumlah uang pada masa yang akan datang yang merupakan konversi sejumlah aliran kas dengan tingkat suku bunga tertentu.

Karena tujuan utama dari semua metode nilai uang terhadap waktu adalah untuk memaksimalkan kekayaan masa depan dari pemilik perusahaan, informasi ekonomis yang diperoleh dari metode nilai masa depan (FW) sangat berguna dalam situasi-situasi keputusan investasi modal. Nilai masa depan berdasarkan pada nilai keekivalenan dari pemasukan dan pengeluaran kas pada akhir horizon perencanaan (periode studi) pada tingkat bunga yang umumnya MARR. Juga untuk suatu proyek, maka hal itu dapat dibenarkan secara ekonomis.

Contoh :

Sebuah peralatan baru diusulkan oleh beberapa insinyur untuk meningkatkan produktivitas kerja pengelasan manual. Biaya investasi adalah $25.000 dan peralatan akan mempunyai nilai sisa $5.000 pada akhir periode studi lima tahun. Peningkatan produktivitas dari peralatan akan sebesar $8.000 per tahun setelah biaya-biaya kerja ekstra dikurangkan dari pendapatan yang diperoleh dari tambahan produksi. Jika MARR perusahaan sebesar 20% per tahun, apakah usulan ini masuk akal ? Serta hitung FW dari calon proyek perbaikan !

PW = PW kas masuk - PW kas keluar

atau 

PW (20%) = $8.000(P/A,20%,5) + $5.000(P/F,20%,5) - $25.000 = $934,29

Karena PW(20%) > 0, peralatan ini secara otomatis dapat dibenarkan.

Maka,
FW(20%) = -$25.000(F/P,20%,5) + $8.000(F/P,20%,4) + $8.000(F/P,20%,3) +
                 $8.000(F/P,20%,2) + $8.000(F/P,20%,1) + $13.000
             = $2.324,80


C. ANNUAL WORTH ANALYSIS

Annual Worth Analysis (AW) atau disebut juga Annual Equivalent yaitu metode dimana aliran kas masuk dan kas keluar didistribusikan dalam sederetan nilai uang tahunan secara merata (sama besar), setiap periode waktu sepanjang umur investasi, pada suatu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan (MARR).




Istilah Capital Recovery (CR)

CR adalah nilai merata tahunan yang ekuivalen dengan modal yang diinvestasikan.

CR = I(A/P,i,n)
CR = (I-S) (A/F,i,n) + I(i)
CR = (I-S) (A/P,i,n) + S(i)

I : Investasi awal
S : nilai sisa di akhir usia pakai
n : usia pakai

AW = Revenue - Expences - CR

Annual Worth Analysis dilakukan terhadap :
1. Alternatif tunggal, layak jika AW > 0
2. Beberapa alternatif dengan usia pakai sama
3. Beberapa alternatif dengan usia pakai beebeda
4. Periode analisis tak berhingga


SUMBER :
E. Paul Degarmo, William G. Sullivan, James A. Bontadelli dan Elin M. Wicks. 1999. Ekonomi Teknik. Terjemahan oleh Joseph Setyono dan Hadi Sutanto. Jakarta: Prenhallindo.

Tugas 2. PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS BUNGA

on 20131115
Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut "pokok utang" (principal). Presentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu disebut "suku bunga".

A. BUNGA SEDERHANA

Apabila bunga total yang dihasilkan atau dikenakan berbanding linear dengan besarnya pinjaman awal/pokok pinjaman (principal), tingkat bunga dan banyaknya periode waktu pinjaman yang dikomitmenkan oleh pokok pinjaman itu, maka tingkat bunga dikatakan sederhana. Bunga sederhana (simple interest) jarang digunakan dalam praktek komersial modern.

Bila bunga sederhana diterapkan, bunga total, I, yang diperoleh atau dibayarkan dapat dihitung dengan rumus :



B. BUNGA MAJEMUK

Apabila bunga yang dibebankan untuk setiap periode (misal. satu tahun) didasarkan pada sisa pinjaman pokok ditambah setiap beban bunga yang terakumulasi sampai dengan awal periode itu, bunga itu disebut bunga majemuk atau bunga berbunga (compound interest).


C. TINGKAT SUKU BUNGA

  • BUNGA EFEKTIF

    Jika pembayaran bunga dilakukan lebih dari sekali dalam setahun, tingkat suku bunga sesungguhnya akan lebih tinggi daripada tingkat suku bunga nominal. Tingkat suku bunga sesusungguhnya atau yang dibayarkan secara tepat pada pinjaman selama setahun disebut tingkat suku bunga efektif.

    Tingkat suku bunga efektif biasanya dinyatakan per tahun, kecuali bila dinyatakan lain secara khusus. Tingkat suku bunga efektif dinyatakan dengan notasi i.

    Contoh  :

    Seseorang meminjam uang sebesar Rp 2.000.000,- pada tanggal 1 Januari 2011. Pinjaman harus dikembalikan sebanyak 4 kali angsuran yang besarnya sama pada akhir bulan maret, juni, September, dan Desember 2011. Jika besar bunga yang dikenakan pada orang tersebut 12% per tahun dan bunga tersebut adalah bunga nominal yang bersusun setiap 3 bulan. Berapakah besar setiap angsuran dan berapa pula besarnya bunga efektif per tahun?

    Penyelesaian 
    :
    = 18% per tahun
    m
     = 4 x pembayaran bunga per tahun
    Bunga per 3 bulan = rm = 12%4 = 3%

    A = P(A/P,i,n)
    A = 2.000.000(A/P,3%,4)
    A = 2.000.000(0,2690)
    A = 538.000

    Angsuran yang harus dibayarkan pada akhir bulan Maret, Juni, September, dan Desember masing-masing sebesar Rp 538.000,-

    i= 1+0,1244-1 100%=12,551%

    Tingkat suku bunga efektif per tahun sebesar 12,551%

    Hubungan antara tingkat suku bunga efektif,i, dan tingkat suku bunga nominal,r, adalah :




    Tingkat suku bunga efektif menggambarkan perbandingan antara bunga yang dibayarkan untuk satu tahunnya terhadap jumlah uang pinjaman pokok yang diterima.Dengan m adalah frekuensi pembayaran bunga dalam satu periode bunga efektif.

    Contoh :

    Untuk sejumlah pinjaman sebesar Rp 10.000,- dengan tingkat suku bunga nominal 12% yang dibayarkan per tiga bulan, diperoleh:

    Jawab :

    i = F - PP100% = 11.255,0881 - 10.00010.000100% = 12,551%

    atau 

    i = 1 + rmm - 1100% = 1 + 0,1244 - 1 100% = 12,551% 

    Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa suatu tingkat suku bunga nominal 12% yang bersusun setiap tiga bulan adalah ekuivalen dengan tingkat suku bunga efektif 12,551% per tahun.

  • BUNGA NOMINAL

    Suku bunga nominal adalah suku bunga yang biasa kita lihat atau bank atau media cetak. Misalnya perusahaan meminjam uang dari bank sebesar $100.000 selama setahun pada suku bunga nominal 10%, maka pada akhir tahun perusahaan harus mengembalikan pinjaman tersebut sebesar : $110.000 (yaitu $100.000 x 10%).

    Suku bunga nominal cenderung naik seiring dengan angka inflasi. Jika, misalnya, bank memberlakukan suku bunga 10% pada ekspektasi inflasi selama satu tahun ke depan adalah 0%, maka bank mungkin akan memberlakukan suku bunga 13% jika ekspektasi inflasinya adalah 3%.

    Sebagai contoh, pembayaran selama satu tahun dapat dibagi menjadi empat kali tiga bulanan dengan tingkat suku bunga 3% per tiga bulan. Sama halnya jika dikatakan 12% dibayarkan per tiga bulan dalam satu tahunnya. Biasanya, tingkat suku bunga itu dikatakan sebagai “12% yang bersusun setiap 3 bulan”. Apabila dinyatakan dengan cara tersebut, maka tingkat suku bunga 12% disebut tingkat suku bunga nominal dan dinyatakan dengan notasi r.

    Contoh :
    1. Nilai mendatang untuk pinjaman sebesar Rp 10.000,- pada akhir tahun pertama
    dengan tingkat suku bunga 12% yang bersusun setiap tiga bulan adalah:
    F4 = 10.000(1+0.03)4 = 11.255,0881
    Apabila disepakati untuk menggunakan tingkat suku bunga 12% yang dibayarkan hanya sekali di akhir tahun, maka:
    F1 = 10.000(1+0.12)1 = 11.200
    Pembayaran bunga yang dilakukan lebih dari sekali dalam satu tahun mengakibatkan nilai di akhir tahun lebih besar dibandingkan dengan jika bunga hanya dibayarkan sekali dalam satu tahun.
    Tingkat suku bunga biasanya ditetapkan secara tahunan. Penggunaan perjanjian-perjanjian yang dibuat memungkinkan tingkat suku bunga untuk diatur secara khusus sehingga bunga dapat dibayarkan beberapa kali dalam satu tahun. Misalnya, per bulan, per tiga bulan, per enam bulan, & sebagainya.

    Rumus suku bunga nominal :

    dimana,
    r = suku bunga nominal tahunan
    i = suku bunga nominal per periode
    M = jumlah periode majemuk per satu tahun


    Contoh ( bunga nominal) :

    Apabila suku bunga nominal per tahun adalah 20%, yang mana dalam satu tahun
    terdiri dari 4 kuartal.
    a) Berapakah besarnya suku bunga nominal untuk setiap bunga kuartal?
    b) Berapa pula suku bunga efektif per tahunnya?


    Jawab :

    a) Berapakah besarnya suku bunga nominal untuk setiap bunga kuartal?
     

    Dik :
    • r = 20%
    • M = 4
    • i = r / M = 20% / 4 = 5% per kuartal


    b) Berapa pula suku bunga efektif per tahunnya?

    Jwb :

    Ieff = (1 + i)M -1 = (1 + 0,05)4 – 1 = 0,2155 atau 21,55% per tahun

    ATAU

    Ieff = (1 + r/M)M -1 = (1 + 0,20/4)4 – 1 = 0,2155 atau 21,55%/tahun




    SUMBER :
    E. Paul Degarmo, William G. Sullivan, James A. Bontadelli dan Elin M. Wicks. 1999. Ekonomi Teknik. Terjemahan oleh Joseph Setyono dan Hadi Sutanto. Jakarta: Prenhallindo.

    http://ektekaninditapradipta.wordpress.com/category/tingkat-suku-bunga/